Memulai lebih mudah
daripada mempertahankan. Hal tersebut tak bisa dipungkiri dalam suatu hubungan.
Terlebih ketika kita berbicara tentang cinta dan anak muda. Selama ini, ada
saja hubungan cinta yang kandas begitu
saja, tapi tetap meninggal luka mendalam.
Luka tersebut biasa dilihat dari sisi wanita.
Bahwa wanitalah yang akan mengalami patah hati yang menyakitkan setelah
hubungan mereka berakhir. Namun, tahukah kalau kalau pria juga mengalami hal
serupa. Perlu bukti? Yuk intip cerita cowok ini.
1.
"Semuanya kita lalui, masa-masa sulit, atau itu yang gue kira..."
Sumber Gambar: improvemant.com
"Kita pacaran lebih
dari lima tahun. Semuanya kita lalui, masa-masa sulit, atau itu yang gue kira.
Hari itu kita bertengkar besar hanya karena gue telat jemput dia. Itu adalah
pertama kalinya sepanjang kami bersama. Gue nggak masalah kalau dia marah, tapi
menurut gue, dia berlebihan saat itu. Dia akhirnya minta putus di tempat saat
kita lagi malam mingguan. Gue dimarah-marahin sampai dia puas. Gue nggak
nyangka sebagaimana tempramennya dia. Padahal kita selalu talk things
out, sampai masalah selesai. Gue merasa dia nggakngehargain gue
di saat itu juga, karena itu tempat umum dan tidak seharusnya dia semarah itu.
Gue selalu teringat dengan dia yang selalu bikin gue kesal, tapi gue maafin.
Ketika gue punya alasan logis untuk alasan ketelatan gue, dia malah kayak
"kesetanan". Gue kesal, sekaligus sedih karena hubungan yang
nggak bentar ini kandas karena hal sepele begitu" - Kai,
22 tahun.
2.
"Dia itu baik, pengertian, penyayang, sempurnalah. Sayangnya, itu ke semua
cowok yangdeketin dia"
Sumber Gambar: glamour.com
"Jadi gue lagi
dekatin cewek ini di kantor. Gue kira gue akan berhasil merebut hatinya, karena
dia bisa dibilang "kembang" di kantor. Tapi apa yang gue dapat?
Kosong, bro! Gue deketin tiga bulan, gue ajak ke sana-sini.
Gue beliin yang dia bilang 'aku mau dong'. Iya, orang-orang akan pasti bilang
gue yang bodoh mau dimanfaatin. Tapi kalau lu yang deketin dia
juga, lu akan nggak akan jauh beda dari gue. Dia itu baik, pengertian,
penyayang, sempurnalah. Sayangnya, itu ke semua cowok yang deketin dia.
Gue paling kesal dan nggak nyangka adalah ketika akhirnya gue nyatain perasaan
ke dia. Dia bilang butuh seminggu untuk berpikir. Gue kira ada harapan, tapi
gue terlalu cepat senang. Beberapa hari kemudian teman nongkrong gue yang dari
perusahaan lain dan masih satu gedung sama kantor kita bilang kalau dia juga
pernah nembak itu cewek dan disuruh nunggu satu minggu. Sampai
saat ini, nggak ada jawaban, itu sudah dua bulan kemarin dan cewek itu
langsung lost contact. Jadi sekarang gue sudah nunggu dua minggu
dan gue juga hilang akun yang biasa kita chatting. Sakit gue, ngerasain dimainin
ketika guenya mau serius dan benar-benar jalanin hubungan" - Jon, 23
tahun.
3.
"Mungkin dia nggak kuat, tapi kenapa nggak bilang langsung, kenapa harus
hilang gitu aja?"
Sumber Gambar: ilovehdwallpapers.com
"Hubungan kita
memang baru satu tahun, tapi satu tahun itu memang tak selamanya kita tersenyum
dengan satu sama lain. Kita juga sibuk dengan urusan kita masing-masing. Aku
selalu berusaha menyempatkan waktu untuk mengirimkannya makanan ke kantornya,
karena kita kerja di lokasi berbeda. Suatu hari, aku meminta ojek online untuk
mengirimkan coklat dan kue-kue untuk dia. Setengah jam kemudian, tukang ojeknya
kembali dan mengatakan bahwa si penerima (pacarku) sampai turun langsung
menemui dia dan marah-marah nggak jelas dan memintanya untuk mengembalikan
kiriman padaku. Aku pun meminta maaf dan mengambil barangnya lagi dari tukang
ojeknya, kemudian menghubungi pacarku. Dia tidak mengangkat, aku berkesimpulan
kalau dia sibuk. Nah, malamnya, aku mencoba hubungin dia lagi, tapi nomernya
nggak aktif. Akhirnya, aku mencoba mengontak via email sampaichat Facebook. Tidak ada
yang dibalas. Aku pun mencoba untuk ke kantornya, kaget banget ketika dia meminta
satpam (sudah kenal sama aku) untuk tidak mengizinkanku naik dan menemui dia.
Aku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku kesal karena aku sendiri
tidak tahu apa mau dia dan apa yang salah. Mungkin dia nggak kuat, tapi kenapa
nggak bilang langsung, kenapa harus hilang gitu aja? Aku kesal karena rasanya
nggak ada gunanya setahun terakhir ini. Sakit hati pasti, karena disisiku terus
berusaha yang terbaik untuk menjaga hubungan, tapi dia hilang gitu aja" -
Bram, 27 tahun.
4.
"Akhirnya, kita putus, dengan alasan yang dari awal dikhawatirkan: beda
agama"
Sumber Gambar: wanderluxe.theluxenomad.com
"Kita bertemu saat di bangku kuliah. Gue
dan dia memang punya perbedaan, yaitu agama. Namun, kita berusaha tidak
mempermasalahkan itu, karena kita sudah saling sayang dan terlalu erat.
Semuanya berjalan seperti bagaimana hubungan baik berlanjut. Sampai satu saat,
kita bertengkar dan sibuk juga dengan urusan masing-masing. Kita jadi seperti
sering hilang komunikasi dan seperti kehilangan kesatuan kita. Gue sendiri
berusaha, tapi yang nggak gue duga adalah dia malah dekat sama cowok lain
ketika kita di masa renggang. Akhirnya, kita putus, dengan alasan yang dari
awal dikhawatirkan, beda agama. Namun, di saat itu dia memang sudah dekat
dengan orang lain. Gue kesal kenapa harus berakhir kayak gini, gue nggak habis
pikir kok dia bisa dengan mudahnya berpindah gitu aja. Masa-masa bersama seakan
nggak ada yang berbekas untuk dia, sementara gue di sini harus memulai dari nol
lagi dan emang nggak mudah" - Billy, 22 tahun.
5.
"Gue bingung kenapa cewek harus merasa yang selalu tersakiti, karena ada
satu sisi dia yang akhirnya akan menyakiti cowoknya juga!"
Sumber Gambar: huffingtonpost.co.uk
"Gue bingung kenapa
cewek harus merasa yang selalu tersakiti, karena ada satu sisi dia yang
akhirnya akan menyakiti cowoknya juga. Dia mau bilang itu karma? Tapi ketika
dia sendiri gak berusaha mempertahankan, gue bisa apa? Masa motor yang hilang
roda belakangnya bisa jalan dengan roda depan doang? Dia dengan mudahnya bilang
putus karena gue gak peka. Karena gue nggak mau berusaha, tapi di satu sisi dia
yang move on gitu aja padahal kita belum benar-benar pisah.
Jujur aja kalau gue ingat-ingat, gue masih kesal-kesal ketika dia bilang 'Nggak
perlu bilang putus, aku udah nggak anggap kita pacaran dari beberapa minggu.
Aku udah ketemu cowok yang mau ngertiin dan selalu ada untuk aku'. Dengan
mudahnya itu kalimat keluar dari mulutnya. Gue nggak paham lagi maunya gimana,
gue sakit hati karena gue yang mati-matian menopang keruntuhan malah beneran
ditinggal gitu aja. Nggak habis pikir, kok bisa sekejam itu" - Diki, 23
tahun.
6.
"...dia tidak menerimaku, tapi dia juga tidak menolak. Dia hanya berkata
'Kalau memang waktunya, bakal jadi kok...'"
Sumber Gambar: feelgooder.com
"Vero adalah cewek yang berhasil merebut
hatiku. Kita kenal lewat UKM saat kuliah. Aku pun mendekatinya, bak dayung
bersambut dia juga memberikan respon positif padaku. Kemudian, tak lama setelah
kami dekat, aku akhirnya menyatakan perasaanku. Nah, aku pun terkejut ketika
dia tidak menerimaku, tapi dia juga tidak menolak. Dia hanya berkata 'Kalau
memang waktunya, bakal jadi kok'. Awalnya aku kira Vero hanya butuh waktu untuk
memantapkan hatinya. Namun, tidak ada kepastian dan kami selayaknya menjalani
hubungan tanpa status. Aku pun bingung, karena bagiku, adanya status akan
membuatku mampu berkomitmen dengan pasangan. Selama hubungan ini, dia juga
seakan-akan membatasiku untuk tidak dekat dengan gadis lain. Lama kelamaan aku
pun habis kesabaran dan mencari penjelasan lagi. Namun, apa yang aku utarakan ditangkap
dengan salah. Dia malah marah-marah padaku dengan kata-kata kasar. Sejak saat
itu kita tidak pernah berkomunikasi lagi. Aku di satu sisi masih bingung dengan
masalah ini, tapi aku juga kesal, kenapa dia banyak menutut, tetapi ketika aku
mencoba meminta kepastian, dia seperti punya ego tinggi yang menangkalnya
memberikan kepastian itu. Egonya terlalu tinggi itu yang membuatku kehabisan
akal" - Mardi, 22 tahun.
7.
"Aku seakan-akan mainan yang dibeli di pasar loak"
Sumber
Gambar: couplescounselingchicago.net
"Kita gak sengaja
dekat, kita hanya kenal karena dia kenal dengan temanku. Aku sendiri bingung
bagaimana kami bisa dekat. Namun, pada akhirnya kami memang saling suka dan
berkomitmen. Namun, keanehan terjadi setelah satu minggu kami pacaran. Dia
seakan-akan selalu mencari alasan untuk tidak bertemu denganku. Bahkan di
tempat kerja dia selalu menghindariku. Aku terkesan jadi pria yang ngebet untuk
jadi pacarnya. Beberapa hari kemudian, dia mendatangiku dan kami berbicara
panjang lebar. Intinya, dia sudah bosan sama aku, dia minta putus. Dia hanya
memberi alasan 'bosan'. Aku bisa bilang apa? Hanya terduduk lemas dan kesal
dengan caranya itu. Aku seakan-akan mainan yang dibeli di pasar loak. Kemudian
dimainkan dan jadi favorit selama beberapa hari, lalu ketika sudah mendapatkan
mainan baru, aku pun dibuang. Dia merasa bahwa dialah yang bisa mengatur
segalanya, dengan kata-kata bosan dan tidak bosan. Aku baru pertama kali, dan
berharap ini terakhir kalinya, ketemu manusia seperti itu" - Gun, 22
tahun.
8.
"Gue dibilang cowok pengecut, nggak perhatian, nggak punya tanggung jawab,
nggak tahu diuntung, sok ganteng, sampai kata-kata yang buruk"
Sumber Gambar: sellyourstoryuk.com
"Hubungan kami
selama setahun terakhir diliputi putus nyambung. Tapi tak pernah sekali pun dia
merasa bersalah ketika berkata 'putus'. Dengan mudah dia selalu berkata itu
ketika dia merasa 'tersakiti'. Gue yang juga terlalu bodoh karena terlanjur
cinta. Ketika dia meminta kembali, gue akhirnya mengikuti maunya dia. Baru
sebulan, dia mengatakan putus lagi. Gue pastikan itu sebagai yang terakhir
kalinya. Ketika dia berkata itu, gue langsung pergi, meskipun dia terus
memanggil dan berkata 'Kita akan tetap bersama, karena lu dan gue satu!' Ngeri?
Gak usah dibilang lagi. Benar saja, dua minggu lalu dia minta balikan. Tapi gue
sudah bertekad dan lupain dia. Eh, dia malah caci maki gue. Gue dibilang cowok
pengecut, nggak perhatian, nggak punya tanggung jawab, nggak tahu diuntung, sok
ganteng, sampai kata-kata yang buruk. Gue sakit hati, tapi gue hanya balas
dengan meminta dia pergi dari pandangan gue. Dia nggak pergi, gue yang pergi.
Gue kesal karena dia nggak menghargai gue sebagai cowok. Dia selalu mengira
bisa seenak begitu saja ngatain gue. Seakan-akan dia lebih
baik daripada gue" - Abdul, 23 tahun.
9.
"Gue mengulang kesalahan yang sama saat SMA, suka dan menyatakan cinta ke
sahabat cewek gue sendiri"
Sumber Gambar: themodernman.com
"Gue mengulang kesalahan yang sama saat
SMA, suka dan menyatakan cinta ke sahabat cewek gue sendiri. Gue suka sama dia
dan dekat, mungkin juga karena sahabat. Akhirnya gue menyatakan cinta gue ke
dia. Yah, rencana berantakan karena dia menolak pernyataan cinta gue dengan
alasan klasik, belum siap untuk berkomitmen dulu. Namun, lucunya, tiga minggu
kemudian, dia malah jadian dengan cowok lain. Kenapa tidak langsung bilang aja
kalau tidak mau? Kenapa harus sungkan-sungkan berkata tidak mau berkomitmen.
Itu sama saja dengan bohong, toh?" - DAB, 22 tahun.
10.
"Kita bersama selama ini, terasa nggak ada masalah apa-apa, tapi ternyata
'serigala' betina yang gue pacarin"
Sumber Gambar: thedailybeast.com
"Kita tak pernah bertengkar, kalau saling
berdebat pun tidak sampai berlebihan, hanya sepele. Namun, semuanya terasa
nggak berguna ketika gue tahu dia main di belakang gue. Betapa terkejutnya gue
ketika tahu kalau dia punya selingkuhan. Ketika gue mempertanyakan tindakannya,
dia malah menangis, seolah-olah membuat gue pihak yang bersalah. Dia bilang
'Kamu kok nuduhnya gitu banget sih! Aku kan khilaf. Aku juga nggak tahu, kalau
kamu punya selingkuhan apa nggak, kamu nggak usah langsung ngomong begitu
dong!' Lucu ya? Gue langsung minta putus, gue penat dan nggak habis pikir. Kita
bersama selama ini, terasa nggak ada masalah apa-apa, tapi ternyata 'serigala'
betina yang gue pacarin. Gue kesalnya adalah malah dia jadi nuduh gue sengaja
'membongkar' selingkuhan dia karena gue juga punya selingkuhan. Logikanya di
mana?" - Ian, 22 tahun.
11.
"Rasa cintanya sebagai pasangan yang sudah 'mengucap sumpah' lebih kecil
dibandingkan keegoisannya"
Sumber Gambar: datingloveandsextips.com
"Tidak akan mengira
ini bakal berakhir begitu saja, kita dua tahun menjalin hubungan ini. Uniknya
adalah dia itu overprotective. Ketika gue menghubungi rekan
kerja perempuan, dia akan marah dan cemburu. Dia sampai ngelarangigue
untuk memulai menghubungi mereka duluan, meskipun terkait dengan pekerjaan. Gue
pun bingung menghadapinya. Puncaknya adalah ketikamanager baru
gue yang notabene cewek meminta gue untuk menghubunginya ketika klien
perusahaan memberikan respon ke gue. Gue pikir tidak masalah, karena itu bos
gue istilahnya. Ternyata, gue salah, ketika dia cek dan bertanya panjang lebar.
Dia pun meledak, dia menampar gue dan marahin gue habis-habisan. Gue yang sudah
capek untuk menjelaskan pun biarin dia marah. Pada akhirnya mengucapkan kata
cerai, gue berusaha untuk tidak mewujudkan itu. Dia sampai mengancam untuk
mengakhiri hidupnya sampai akhirnya gue penuhi itu. Gue hanya tidak paham
kenapa dia bisa sampai berlebihan seperti itu. Gue merasa bahwa rasa cinta dia
sebagai pasangan yang sudah 'mengucap sumpah' lebih kecil dibandingkan
egoisnya. Gue merasa kalau dua tahun gue bersama dia, dia jadi orang yang nggak
pernah gue bayangkan" - Nilo, 30 tahun.
Lelaki itu juga manusia, karena mereka juga
diberikan perasaan oleh Tuhan. Memang kami tidak selalu menggunakannya, tapi
ketika sudah seperti ini, sakit hati pun kami alami. Percayalah kalau kami juga
bisa 'membungkus' rasa sedih kami ketika itu diperlukan. Namun, kesakitan dan
kesedihan itu nggak pernah hilang.
0 komentar:
Posting Komentar